Selasa, 30 Maret 2010

Hanya 10% Masyarakat yang Punya Asuransi

Dalam sebuah acara terungkap bahwa dari 200 juta rakyat Indonesia hanya 10% penduduk Indonesia yang berasuransi.


Minimnya kesadaran masyarakat untuk berasuransi memang bukan rahasia lagi, dan upaya mendongkrak kesadaran tersebut kini menjadi focus utama perusahaan asuransi. Rendahnya kesadaran tersebut disebabkan oleh banyak hal, salah satunya adalah premi yang mahal sehingga asuransi dimasukkan ke dalam kebutuhun tersier.

Menghadapi hal ini perusahaan asuransi pun sempat dibuat ketar-ketir dengan gonjang-ganjing perang premi. Perang tarif yang selama ini terjadi di dunia telekomunikasi kemungkinan besar bisa terjadi juga di asuransi. Selain alasan tersebut, rendahnya insurance penetration yang juga mencerminkan rendahnya kesadaran masyarakat untuk berasuransi disebabkan oleh tidak adanya pendidikan tentang asuransi di sekolah maupun umum.

Buku-buku tentang asuransi di Indonesia masih sedikit, salah satu pejabat tinggi yang sempat ditemui juga mengaku kurang paham tentang asuransi. Oleh karena itu tidak heran fakta menyatakan hanya 10% masyarakat yang berasuransi. Membanding dengan Amerika, warga di sana bisa memiliki berbagai macam asuransi karena pendidikan asuransi telah ditanamkan sejak di bangku sekolah, sehingga agen asuransi tidak perlu panjang lebar menjelaskan kegunaan dan manfaat dari asuransi.

Hal ini berbanding terbalik dengan keadaan di Indonesia. Orang Indonesia masih banyak yang mengandalakna keluarga untuk meminta bantuan ketika terjadi musibah. Padahal keluarga hanyalah team yang mensupport secara spiritual, sedangkan untuk financial itu merupakan tanggungan masing-masing karena keluarga yang kain juga memounyai masalah sendiri dan mereka juga sama tidak punya uang.

Hal yang jarang diperhatikan adalah ketika penafkah utama meninggal dunia atau cacat sehingga tidak dapat bekerja lagi. Keluarga menjadi terlantar, disinilah asuransi berperan sebagai protection financial lost. Dengan asuransi kita bisa membeli lagi barang yang hilang atau rusak, atau jika kehilangan salah satu anggota keluarga, no body has to be poor.(NERACA, Jumat 22 Mei 2009)

AJB BUMIPUTERA SYARIAH


Jakarta, 27 Maret 2007
Bumiputera Syariah Paling Dikenal

BUMIPUTERA Syariah semakin naik daun saja. Setelah akhir tahun lalu menerima Syariah Award dari Majalah Investor, sekarang dapat penghargaan lagi.


Kali ini datangnya dari Karim Business Consulting, yang melakukan pemeringkatan IFQA (Islamic Finance Quality Award) & IFA (Islamic Financial Award) 2006. Di event ini, Bumiputera menyabet 2 penghargaan sekaligus. Pertama, sebagai Top of Mind (Asuransi Syariah yang paling dikenal masyarakat) kategori Cabang Asuransi Syariah. Kedua, sebagai peringkat 3 Best Risk Management (pengaturan resiko terbaik) Islamic Life Insurance. Dua penghargaan tersebut diterima Kepala Divisi Syariah Bumiputera, Munawir Hasbullah, di The Sultan Hotel, 17 Februari 2007 lalu. Nah, gak salah kan kalau manajemen memutuskan ekspansi di bisnis syariah? Sebelum dibukanya ketujuh kantor wilayah, produk syariah Bumiputera masih dipasarkan dengan sistem window pemasaran dilakukan dengan menempel di kantor Asper. Sekarang, syariah sudah stand alone. Katanya sih, kalau Bumiputera menggarap syariah dengan serius, pemain asuransi syariah lain ketar-ketir, karena dipastikan menjadi raja. Apa iya, ya? Kita lihat saja nanti.

Selasa, 01 September 2009

SKRIPSI



Puyeng dengan skripsi atau tugas akhir ? Jangan kuatir, semua mahasiswa memang pernah mengalaminya. Nikmati dan warnai kehidupan akhir kampus dengan membuat tugas akhir yang bagus dan berkualitas. Sayang kan... kalau empat tahun proses pembelajaran kita di kampus diakhiri dengan tugas akhir berkualitas rendah atau bahkan mengotorinya dengan membajak skripsi orang lain. Jd lebih baik persiapkan diri dengan matang, serius n fokus tp tetap enjoy untuk bikin sendiri skripsi kita, OK ?
Oiy ga da salahnya jg kalo Qt tanya2 ma senior Qt coz mereka punya pengalaman lo...

Kamis, 20 Agustus 2009

ARAH POLITIK MASYARAKAT DESA


Masyarakat desa terdiri dari berbagai lapisan masyarakat yang beragam. Mulai dari tingkat pendidikan, ekonomi, sosial dan mungkin juga budayanya sehingga sangat dimungkinkan masyarakat desa memiliki pandangan serta arah politik yang beragam pula. Namun dari beragamnya hal tersebut diatas, secara umum pandangan dan arah politik masyarakat mungkin masih dapat dilihat atau digambarkan secara jelas karena secara umum masyarakat desa tingkat pendidikannya masih tergolong rendah walaupun ada beberapa yang sudah berpendidikan tinggi sehingga cara berpikir mereka masih sederhana dan jangka pendek.

Negara Indonesia sedang berusaha dan sedang mengalami proses pendewasaan demokrasi. Namun hal itu tidak akan berarti jika tidak disertai dengan usaha peningkatan pendidikan, ekonomi dan sosial masyarakat, karena hal tersebut adalah bagian dari faktor-faktor penting yang mempengaruhi cara pandang dan berpikir seseorang. Namun didalam gegap gempitanya demokrasi di negeri ini tidak urung hanya menjadi ajang politisasi masyarakat terutama masyarakat desa yang mana cara pandang dan arah politiknya dapat dengan mudah diarahkan walaupun terkadang susah untuk dipastikan. Kenapa hal itu bisa terjadi ?

Demokrasi. sebagian besar masyarakat tidak memerlukan yang namanya demokrasi, desentralisai, otonomi desa dan lain-lain, namun masyarakat desa hanya mengiginkan bagaimana kebutuhan sandang dan pangan mereka terpenuhi. sehingga dapat dipastikan cara pandang bahkan arah politik mereka dapat diarahkan atau jelasnya dapat ditukar atau dibeli. Sehingga kondisi ini sering kali dimanfaatkan oleh para elit politik yang berduit namun haus akan kekuasaan untuk dapat mengarahkan suara politik masyarakat untuk mewujudkan ambisinya hanya dengan memberikan mereka sejumlah uang atau sesuatu yang mungkin akan bermanfaat untuk mereka saat ini tanpa mereka pikirkan apa yang akan terjadi nanti bila orang-orang yang duduk menjabat atau berkuasa adalah orang-orang yang suka korupsi dan lebih mementingkan kepentingan pribadinya atau golongannya bahkan sama sekali tidak peduli akan kepentingan masyarakat.

Untuk menyikapi kondisi yang demikian, para calon pejabat atau penguasa yang berasal dari kalangan yang peduli akan kepentingan masyarakat dan tentunya tidak ingin bahkan tidak akan menggunakan cara-cara tersebut diatas dan atau para calon yang kurang berduit harus memutar keras otak mereka untuk memikirkan cara yang tepat agar bisa memperoleh simpati atau dukungan suara masyarakat.

Bersambung…….